BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Persalinan
merupakan suatu proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi
persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu
maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan
dengan fasilitas yang memadai. Persalinan pada manusia dibagi menjadi empat
tahap penting dan kemungkinan penyulit dapat terjadi pada setiap tahap
tersebut. (Ida Bagus Gde Manuaba, 1999:138).
Dalam
persalinan terjadi perubahan-perubahan fisik yaitu, ibu akan merasa sakit
pinggang dan perut, merasa kurang enak, lelah, lesu, tidak nyaman badan, tidak
bisa tidur, sering mendapatkan kesulitan dalam bernafas dan perubahan-perubahan
psikis yaitu merasa ketakutan sehubungan dengan dirinya sendiri, takut kalau
terjadi bahaya atas dirinya pada saat persalinan, takut tidak dapat memenuhi
kebutuhan anaknya, takut yang dihubungkan dengan pengalaman yang sudah lalu
misalnya mengalami kesulitan pada persalinan yang lalu. Ketakutan karena
anggapanya sendiri bahwa persalinan itu merupakan hal yang membahayakan
(Cristina’s Ibrahim, 1993;80).
Menurut Susan
Martin Tucker masalah lain yang timbul dalam persalinan fisiologis akibat dari
perubahan fisik adalah resiko cedera terhadap ibu, resiko cedera terhadap janin dan gangguan
membran mukosa.
Penyebab utama
kematian ibu di negara yang sedang berkembang sebagian besar adalah penyebab
obstetri langsung yaitu perdarahan post partum, eklamsia, sepsis dan komplikasi
dari keguguran. Penyebab kematian ini sebagian besar dapat dicegah, karena di
negara-negara dengan angka kematian ibu yang rendah penyebab kematian ini tidak
didapatkan lagi. (Depkes RI, DNPK-KR 2001).
Mengingat ibu
merupakan satu kesatuan dari bio psikososial spiritual perlu mendapatkan perhatian khusus
dari bidan dalam menyiapkan fisik dan mental guna meningkatkan kesehatan dan
mencegah komplikasi lebih lanjut. Bidan merupakan salah satu tenaga dari tim pelayanan kesehatan yang keberadaannya paling dekat dengan ibu dan mempunyai peran penting dalam mengatasi
masalah melalui proses kebidanan. Dalam melaksanakan asuhan kebidanan, bidan
dituntut memiliki wawasan yang luas, terampil dan sikap profesional. Tindakan yang kurang tepat
dapat menimbulkan komplikasi.
1.2
Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan
Umum
Mahasiswa mampu
memberikan asuhan kebidanan normal atau fisiologis dengan pendekatan manajemen
asuhan kebidanan kehamilan, asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir,
asuhan nifas dan menyusui serta asuhan kebidanan kesehatan reproduksi dan
keluarga berencana.
1.2.2 Tujuan
Khusus
1. Mampu
melakukan anamnesa dengan menggunakan komunikasi yang baik dan benar kepada
ibu bersalin, serta menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
2. Mampu melakukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang secara lengkap dengan benar dan
tepat pada ibu bersalin.
3. Mampu
menganalisa masalah berdasarkan data atau informasi yang telah diperoleh
melalui anamnesa dan pemeriksaan yang dilakukan.
4. Mampu membuat
suatu perencanaan tindakan berdasarkan analisa yang telah ditentukan.
5. Mampu
melaksanakan asuhan secara komprehensif sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun.
6. Mampu melakukan
evaluasi dari prosedur pemeriksaan yang dilakukan.
7. Mampu membuat
pendokumentasian menggunakan metode SOAP.
1.3
Manfaat Penulisan
1.3.1 Manfaat
Bagi Rumah Bersalin
Menambah
referensi dalam upaya peningkatan pelayanan kebidanan khususnya asuhan
kebidanan pada ibu bersalin.
1.3.2 Manfaat
Bagi Institusi
Menambah
referensi dalam bidang pendidikan sehingga dapat menyiapkan calon-calon bidan
yang kompeten khususnya dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
secara komprehensif.
1.3.3 Manfaat
Bagi Klien/Masyarakat
Memberikan
tambahan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada ibu bersalin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Dasar Persalinan
2.1.1
Definisi
Persalinan adalah proses yang
alamiah yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia
setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga
memerlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai
(Manuaba.2009).
Persalinan adala proses dimana bayi,
plasenta, dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap
normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit (JNPK-KR.2008).
Persalinan normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun janin (Sarwono.2006).
Persalinan adalah rangkaian proses
yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini mulai
dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progesif pada
serviks dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney.2007).
Persalinan adalah serangkaian
kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup
bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu
(Harianto.2010).
2.1.2
Etiologi
Teori yang menerangkan proses persalinan
menurut Manuaba (2009):
1.
Teori Kadar Progesteron
Progesteron yang mempunyai tugas
mempertahankan kehamilan semakin menurun dengan makin tuanya kehamilan,
sehingga otot rahim mudah dirangsang oleh oksitosin.
2.
Teori Oksitosin
Menjelang kelahiran oksitosin makin
mengingkat sehingga cukup kuat untuk merangsang persalinan.
3.
Teori Regangan Otot Rahim
Dengan meregangnya otot rahim dalam
batas tertentu menimbulkan kontraksi persalinan dengan sendirinya.
4.
Teori Prostaglandin
Prostaglandin banyak dihasilkan oleh
lapisan dalam rahim yang diduga dapat menyebabkan kontraksi rahim. Pemberian
prostaglandin dari luar dapat merangsang kontraksi otot rahim dan terjadi
persalinan atau gugur kandung (Manuaba.2009).
2.1.3
Persalinan Berdasarkan Cara Lahir (Bentuk Persalinan)
1.
Persalinan Normal
Proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu). Lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18–24 jam tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun bayi.
2.
Persalinan Spontan
Persalinan yang berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
3.
Persalinan Buatan
Persalinan yang dibantu dengan
tenaga dari luar, misalnya ekstrasi dengan forceps atau dilakukan section caesaria.
4.
Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan
sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin
atau prostaglandin (Harianto.2010).
2.1.4
Persalinan Berdasarkan Umur Kehamilan
1.
Abortus (Keguguran)
Abortus (keguguran) adalah
terhentinya kehamilan, sebelum janin dapat hidup. Berat janin kurang dari 1000 gram
dan tua kehamilan kurang atau dibawah 28 minggu.
2.
Partus Prematorus
Persalinan dari hasil konsepsi pada
kehamilan 28–36 minggu berat janin diantara 1000–2500 gram, janin dapat hidup
tetapi prematur.
3.
Partus Maturus atau Aterm (Cukup Bulan)
Persalinan pada usia kehamilan 37–40
minggu janin matur berat janin diatas 2500 gram.
4.
Partus Postmaturus
Persalinan yang terjadi 2 minggu
atau lebih dari waktu yang ditafsirkan disebut postmatur.
5.
Partus Presipitatus
Persalinan yang berlangsug cepat.
6.
Partus Percobaan
Suatu penilaian kemajuan persalinan
untuk memperoleh bukti tentang ada tidaknya disproporsi sefalo pelvik
(Harianto, 2010).
2.1.5
Perubahan Fisiologis Meternal selama Persalinan
1.
Tekanan darah
Meningkat selama kontraksi disertai
peningkatan sistolik rata-rata 10-20 mmHg dan diastolik rata-rata 5-10 mmHg.
Pada waktu-waktu diantara kontraksi, tekanan darah kembali ke tingkat sebelum
persalinan. Dengan mengubah posisi tubuh dari terlentang ke posisi miring,
perubahan tekanan darah selama kontraksi dapat dihindari. Nyeri, rasa takut dan
kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan darah.
2.
Metabolisme
Selama persalinan, metabolisme
karbohidrat baik aerob maupun anaerob meningkat dengan kecepatan tetap.
Peningkatan ini terutama disebabkan oleh ansietas dan aktivitas otot rangka.
Peningkatan aktivitas metabolik terlihat dari peningkatan suhu tubuh, denyut
nadi, pernafasan, curah jantung, dan cairan yang hilang.
3.
Suhu
Sedikit meningkat selama persalinan,
tertinggi selama dan segera setelah melahirkan, yang dianggap normal ialah
peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0.5 0 sampai 10 Celcius.
4.
Denyut Nadi (Frekuensi Jantung)
Perubahan yang mencolok selama
kontaksi disertai peningkatan selama fase peningkatan, penurunan selama titik
puncak sampai frekuensi yang lebih rendah daripada frekuensi diantara kontaksi,
dan peningkatan selama fase penurunan hingga mencapai frekuensi lazim diantara
kontraksi. Penurunan yang mencolok selama puncak kontraksi uterus tidak terjadi
jika wanita berada pada posisi miring, bukan terlentang. Frekuensi denyut nadi
diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode menjelang
persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi selama
persalinan.
5.
Pernafasan
Sedikit peningkatan pernafasan masih
normal selama persalinan dan mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi.
Hiperventilasi yang memanjang adalah temuan abnormal dan dapat menyebabkan
alkalosis.
6.
Perubahan pada Ginjal
Poliuria sering terjadi selama
persalinan. Kondisi ini diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung
selama persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomerulus dan
aliran plasma ginjal. Poliuria menjadi kurang jelas pada posisi terlentang
karena posisi ini membuat aliran urine berkurang selama kehamilan. Sedikit
proteinuria (renik 1+) umum ditemukan pada sepertiga sampai setengah jumlah
wanita bersalin. Proteinuria 2+ dan lebih adalah data abnormal.
7.
Perubahan Pada Saluran Cerna
Motilitas dan absorbsi lambung
terhadap makanan padat jauh berkurang. Apabila kondisi ini diperburuk oleh penurunan
lebih lanjut sekresi asam lambung selama persalinan, maka saluran cerna bekerja
dengan lambat sehingga waktu pengosongan lambung menjadi lebih lama. Cairan
tidak dipengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk pencernaan dilambung, tetap
seperti biasa. Makanan yang diingesti selama periode menjelang persalinan atau
fase prodormal atau fase laten persalinan cenderung akan tetap berada di dalam
lambung selama persalinan. Mual dan muntah umum terjadi selama fase transisi
yang menandai akhir fase pertama persalinan.
8.
Perubahan Hematologi
Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2
gr/100 ml selama persalinan dan kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari
pertama pascapartum jika tidak ada kehilangan darah yang abnormal. Waktu
koagulasi darah berkurang dan terdapat peningkatan fibrinogen plasma lebih
lanjut selama persalinan. Hitung sel darah putih secara progresif meningkat
selama kala I persalinan sebesar kurang lebih 5000 hingga jumlah rata-rata
15.000 pada saat pembukaan lengkap. Tidak ada peningkatan lebih lanjut setelah
ini. Gula darah menurun selama persalinan, menurun drastis pada persalinan yang
lama dan sulit, kemungkinan besar akibat peningkatan aktivitas otot uterus dan
rangka. (Varney.2007).
2.1.6
Perubahan Psikologis dan Perilaku Maternal Selama Persalinan
Kondisi psikologis keseluruhan
seorang wanita yang sedang menjalani persalinan sangat bervariasi, tergantung
pada persiapan dan bimbingan antisipasi yang dia terima selama persiapan
menghadapi persalinan, dukungan yang diterima wanita dari pasangannya, orang
terdekat lain, keluarga, dan pemberi perawatan, lingkungan tempat wanita
tersebut berada, dan apakah bayi yang dikandungannya merupakan bayi yang
diinginkan. Banyak bayi tidak direncanakan, tetapi sebagian besar bayi pada
akhirnya diinginkan menjelang akhir kehamilan. Apabila kehadiran bayi tidak
diharapkan, bagaimanapun aspek psikologis ibu akan mempengaruhi perjalanan
persalinan. Tindakan memberi dukungan dan kenyamanan merupakan ungkapan kepedulian,
kesabaran, sekaligus mempertahankan keberadaan orang lain menemani wanita
tersebut (Varney, 2007).
2.1.7
Tanda dan Gejala Menjelang Persalinan
1.
Lightening
Lightening yang dimulai dirasa
kira-kira dua minggu sebelum persalinan adalah penurunan bagian presentasi bayi
ke dalam pelvis minor. Pada presentasi sefalik, kepala bayi biasanya menancap
setelah lightening. Wanita sering menyebut lightening sebagai “kepala bayi
sudah turun”. Hal-hal spesifik berikut akan dialami ibu:
a.
Ibu jadi sering berkemih karena kandung kemih ditekan
sehingga ruang yang tersisa untuk ekspansi berkurang.
b.
Perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang
menyeluruh, yang membuat ibu merasa tidak enak dan timbul sensasi terus-menerus
bahwa sesuatu perlu dikeluarkan atau ia perlu defekasi.
c.
Kram pada tungkai, yang disebabkan oleh tekanan foramen ischiadikum
mayor dan menuju ke tungkai.
d.
Peningkatan statis vena yang menghasilkan edema dependen
akibat tekanan bagian presentasi pada pelvis minor menghambat aliran balik
darah dari ekstremitas bawah.
2.
Perubahan Serviks
Mendekati persalinan, serviks
semakin “matang”. Kalau tadinya selama masa hamil, serviks dalam keadaan
menutup, panjang dan lunak, sekarang serviks masih lunak dengan konsistensi
seperti pudding, dan mengalami sedikit penipisan (effacement) dan kemungkinan sedikit dilatasi. Evaluasi
kematangan serviks akan tergantung pada individu wanita dan paritasnya sebagai
contoh pada masa hamil. Serviks ibu multipara secara normal mengalami pembukaan
2 cm, sedangkan pada primigravida dalam kondisi normal serviks menutup.
Perubahan serviks diduga terjadi akibat peningkatan instansi kontraksi Braxton Hicks. Serviks menjadi matang
selama periode yang berbeda-beda sebelum persalinan. Kematangan serviks
mengindikasikan kesiapannya untuk persalinan.
3.
Persalinan Palsu
Persalinan palsu terdiri dari kontraksi
uterus yang sangat nyeri, yang memberi pengaruh signifikan terhadap serviks.
Kontraksi pada persalinan palsu sebenarnya timbul akibat kontraksi Braxton Hicks yang tidak
nyeri, yang telah terjadi sejak sekitar enam minggu kehamilan. Bagaimanapun,
persalinan palsu juga mengindikasikan bahwa persalinan sudah dekat.
4.
Ketuban Pecah Dini
Pada kondisi normal, ketuban pecah
pada akhir kala I persalinan. Apabila terjadi sebelum waktu persalinan, kondisi
itu disebut Ketuban Pecah Dini (KPD). Hal ini dialami oleh sekitar 12% wanita
hamil. Kurang lebih 80% wanita yang mendekati usia kehamilan cukup bulan dan
mengalami KPD mulai mengalami persalinan spontan mereka pada waktu 24 jam.
5.
Bloody Show
Bloody show merupakan tanda
persalinan yang akan terjadi, biasanya dalam 24 hingga 48 jam. Akan tetapi
bloody show bukan merupakan tanda persalinan yang bermakna jika pemeriksaan
vagina sudah dilakukan 48 jam sebelumnya karena rabas lendir yang bercampur
darah selama waktu tersebut mungkin akibat trauma kecil terhadap atau perusakan
plak lendir saat pemeriksaan tersebut dilakukan.
6.
Lonjakan Energi
Terjadinya lonjakan energi ini belum
dapat dijelaksan selain bahwa hal tersebut terjadi alamiah, yamg memungkinkan
wanita memperoleh energi yang diperlukan untuk menjalani persalinan. Wanita
harus diinformasikan tentang kemungkinan lonjakan energi ini untuk menahan diri
menggunakannya dan justru menghemat untuk persalinan.
7.
Gangguan Saluran Cerna
Ketika tidak ada penjelasan yang
tepat untuk diare, kesulitan mencerna, mual, dan muntah, diduga hal-hal
tersebut gejala menjelang persalinan walaupun belum ada penjelasan untuk kali
ini. Beberapa wanita mengalami satu atau beberapa gejala tersebut (Varney,
2007).
2.1.8
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
1.
Power (His dan tenaga lain dalam persalinan atau kekuatan
yang mendorong janin keluar)
Setiap his dimulai sebagai gelombang
dari salah satu sudut dimana tuba masuk ke dalam dinding uterus. Ditempat
tersebut ada suatu pace maker darimana
gelombang his berasal. Gelombang bergerak ke dalam dan ke bawah dengan
kecepatan 2 cm tiap detik untuk mengikut sertakan seluruh uterus. His yang
sempurna dan efektif adalah bila ada koordinasi dari gelombang kontraksi,
sehingga kontraksi simetris dengan dominasi di fundus uteri, dan mempunyai
amplitudo 40-60 mmHg, yang berlangsung 60-90 detik dengan jangka waktu antara
2-4 menit, dan pada relaksasi tonus uterus kurang dari 12 mmHg. Jika
frekuensi dan amplitudo his lebih tinggi, maka hal ini dapat mengurangi
pertukaran 02. Terjadilah hipoksia janin dan timbul gawat janin yang
secara klinik dapat ditentukan dengan antara lain menghitung detik jantung
janin. Frekuensi detak jantung janin meningkat lebih dari 160x per menit dan
tidak teratur. Agar peredaran darah ke uterus menjadi lebih baik, ibu disuruh
berbaring ke sisi, sehingga uterus dengan isinya tidak dengan keseluruhan menekan
pembuluh-pembuluh darah di panggul (Wiknjosatro, 2007).
Kontraksi uterus bersifat intermiten
sehingga ada periode relaksasi uterus diantara kontraksi, yang memiliki fungsi
penting berikut:
a.
Mengistirahatkan otot uterus
b.
Memberi kesempatan istirahat bagi wanita
c.
Mempertahankan kesejahteraan bayi karena kontraksi uterus
menyebabkan kontriksi pembuluh darah plasenta (Varney, 2007).
Pada waktu umur kehamilan 28 minggu dapat diraba adanya
kontraksi uterus (tanda Braxton-Hicks).
Pada seluruh kehamilan dapat dicatat adanya kontraksi ringan dengan amplitudo 5
mmHg tiap menit yang tidak teratur. His sesudah kehamilan 30 minggu makin
terasa lebih kuat dan lebih sering. His dalam persalinan kala I, sesudah tiap
his, otot-otot korpus uteri menjadi lebih pendek dari sebelumnya. Secra
fisiologik otot-otot tersebut mengalami brakhistasis atau yang
disebut otot-otot uterus mengalami retraksi. Serviks yang kurang mengandung
otot, tertarik dan dibuka, lebih-lebih jika ada tekanan bagian bawah yang
merangsang pleksus syaraf setempat. Otot sirkuler yang ada diserviks fisiologis
mengalami mesystatis (Wiknjosatro, 2007).
His pada kala II, ibu mulai mengedan/meneran, kekuatan
uterus optimal karena adanya kontraksi diafragma dan otot-otot dinding abdomen.
His pada kala II masih ada berlangsung 2-6 menit setelah plasenta lahir
menyebabkan amplitude his masih tinggi tapi frekuensi berkurang. His pada kala
IV, oksitosin membuat uterus berkontraksi dan membuat otot polos disekitar
alveola mammae berkontraksi pula, sehingga ASI keluar disebut Reflek Oksitosin
(Manuaba, 2009).
2.
Passanger (Janin)
Janin dapat mempengaruhi jalannya
persalinan oleh karena besar dan posisinya. Dari seluruh bagian badan janin,
kepala merupakan bagian terpenting dalam proses persalinan. Kepala janin
terdiri atas tulang – tulang tengkorak (kranium) dan tulang – tulang dasar
tengkorak (basis kranii) serta muka. Cranium terdiri atas 2 os. parentalis, 2
os. frontalis, dan 1 os. oksipitalis. Tulang – tulang ini berhubungan satu
dengan lain dengan mebran yang meberii kemungkinan gerak bagi tulang – tulang
tengkorak selama persalinan dan awal masa kanak – kanak. Batas antara tulang –
tulang tersebut disebut sutura, sedang antara sudut – sudut tulang disebut
fontanella (ubun – ubun). Ada 4 sutura :
a.
Sutura sagitalis superior menghubungkan os. parentalis kiri
dan kanan.
b.
Sutura frontalis diantara kedua os. frontalis.
c.
Sutura koronaria diantara os. parientalis dan os. frontalis.
d.
Sutura lamboidea diantara os. parientalis dan os.
oksipitalis.
Dikenal 2 fontanella, yaitu:
a.
Fontanella minor (ubun – ubun kecil)
Berbentuk segitiga merupakan
persilangan antara sutura sagitalis dengan sutura lamboidea.
b.
Fontanella mayor (ubun – ubun besar)
Fontanella anterior yang berbentuk
segiempat merupakan pertemuan antara sutura sagitalis, suruta frontalis dan
sutura koronaria.
Daerah–daerah kepala, yaitu:
a.
Oksiput (belakang kepala)
Daerah dibelakang ubun – ubun kecil
dan ubun – ubun besar dab os. parietalis.
b.
Verteks (puncak kepala)
Daerah antara ubun – ubun kecil dan
ubun – ubun besar dan os. parietalis.
c.
Bregma
Daerah ubun – ubun besar
d.
Sinsiput
Daerah didepan ubun – ubun besar.
Sisnisput dibagi menjadi dahi (diantara ubun – ubun besar dan puncak hidung)
dan muka (daerah di bawah puncak hidung dan pinggir orbita).
Ukuran – ukuran kepala yang berperan pada waktu persalinan
tergantung pada derajat fleksi kepala. Pada presentasi belakang kepala, maka
kepala janin melewati vulva dengan diameter suboksipito bregmantikus (± 9,5
cm).
a.
Pada presentasi puncak kepala, diameter yang berperan adalah
diametr oksipitofrontalis (±11,5 cm).
b.
Diameter oksipitomentalis (± 13 cm) relevan dengan
presentasi dahi.
c.
Pada presentasi muka, janin lahir dengan diameter submento
bregmantikus (± 9,5 cm).
d.
Diameter biparietalis (± 9,5 cm) merupakan ukuran lintang
terbesar antara os. paretalis kiri dan kanan.
e.
Ukuran lintang terkecil adalah antara kedua os. temporalis
yang disebut diameter bitemporalis (± 8 cm).
Perlu dikenal pula ukuran – ukuran
lingkar pada bidang – bidang tertentu yang disebut sirkumferensia.
a.
Sirkumferensia Suboksipito bregmatikus (± 32 cm).
b.
Sirkumferensia Submento bregmantikus (± 32 cm).
c.
Sirkumferensia oksipito frontalis (± 34 cm).
d.
Sirkumferensia mento oksipitalis (± 35 cm).
Selain ukuran – ukuran kepala, perlu
diketahui beberapa ukuran badan yaitu:
a.
Diameter biarkrominal (± 11,5 cm) jarak antara kedua
bahu
b.
Diameter bitrokhanterika (± 9 cm) jarak antara kedua
trokantor tulang paha
c.
Lingkaran bahu ( ± 34 cm)
d.
Lingkaran bokong (± 27 cm).
Adanya membran pada
sutura dan fontanella dikepala janin memungkinkan kepala berubah bentuk dengan
jalan penyisipan os. parietalis, serta os. oksipitais dan os. frontalis dibawah
os. parietalis. Hal ini disebut moulase. Jika selaput ketuban sudah pecah,
tekanan dari serviks terhadap scalp dapat menyebabkan terjadinya kaput
suksadenum. Kaput suksademun akan menghilang beberapa hari postpartum.
Letak janin menunjukan bagaimana
hubungan sumbu janin terhadap sumbu ibu. Letak janin dapat : memanjang (letak
kepala / sungsang, pada ± 99% kehamilan), mengolak dan lintang pada 1
% kehamilan).
Presentasi menunjukan bagian janin
yang ada dibagian bawah rahim. Berbagai presentasi yang mungkin terjadi adalah
: presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu, presentasi muka,
presentasi rangkap (missal bokong – kaki).
Posisi digunakan untuk menunjukan
kedudukan bagian janin yang ada dibagian bawah rahim terhadap sumbu tubuh ibu,
diseblah depan kiri / kanan depan, kiri / kanan lintang, kiri / kanan belakang.
Sebgai petunujuk dipakai ubun – ubun kecil, dagu, sacrum atau kepala.
Sikap menunjukan hubungan bagian –
bagian janin terhadap sumbunya, khususnya terhadap tulang punggung. Umumnya
janin berada dala sikap fleksi (Saifuddin, 2007).
3.
Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri atas jalan -
lahir bagian tulang dan jalan – lahir bagian lunak. Jalan – lahir bagian tulang
terdiri atas tulang-tulang panggul dan sendi – sendinya, sedang bagian lunak
terdiri atas otot – otot, jaringan, dan ligamen – ligamen. Dalam proses
persalinan per vaginam janin harus melewati jalan – lahir ini. Jika jalan -
lahir – khususnya bagian tulang mempunyai bentuk dan ukuran rata – rata normal
serta ukuran janinnya pun rata – rata normal, maka dengan kekuatan normal pula
persalianan per vaginam akan berlangsung tanpa kesulitan.
a.
Jalan Lahir Bagian Keras (Tulang)
1.
Tulang-tulang Panggul
·
Os. Coxcae
Os. Coxcae disebelah depan dan
samping. Terdiri dari 3 bagian :
ü Os. Ilium
Tulang terbesar dengan permukaan
anterior berbentuk konkaf yang disebut fossa iliaka. Bagian atasnya disebut
Krista iliaka. Ujung – ujungya disebut spina iliaka anterior superior dan spina
iliaka posterior superior.
ü Os. Iskhium
Bagian terendah dari os.coxcae.
tonjolan dibelakang disebut tuber iskhii yang menyangga tubuh sewaktu duduk.
ü Os. Pubis
Terdiri dari ramus superior dan
ramus inferior. Ramus superior os. Pubis berhubungan dengan os. Ilium, sedang
ramus inferior kanan dan kiri membentuk arkus pubis. Ramus inferior berhubungan
dengan os. Iskhium kira – kira pada 1/3 distal
dari foramen obturator. Kedua os. Pubis bertemu pada simfisis.
·
Os. Sakrum
Os. Sakrum berbentuk baji, terdiri
atas svertebrata saktalis. Vertebrata pertama paling besar, menghadap ke depan.
Pinggir atas vertebrata ini dikenal sebagai promotoriu, merupakan suatu tanda
penting dalam penilaian ukuran – ukuran panggul. Permukaan ateroir sakrum
berbetuk konkaf.
·
Os. Koksigis
Os. Koksigis merupakan tulang kecil,
terdiri atas 4 vertebrata koksigis.
2.
Sendi Panggul
·
Arikualasio Sakroiliaka menghubungkan sacrum dengan ilium,
memungkinkan gerakan terbatas ke depan dan ke belakang. Pergeseran yang terlalu
lebar pada artikulasio ini dapat menimbulkan rasa nyeri di daerah persendian.
·
Simfisis pubis terbentuk dari hubungan 2 os.
pubis. Longgarnya hubungan simfisis ini dapat menimbulakan simfisiolisis yang
terasa sangat nyeri.
·
Artikulasio Sakrokoksigea merupakan hubungan os. sakrum
dengan os. koksigis. Adanya sendi ini memungkinkan os. koksigis tertekan
kebelakang pada waktu kepala janin lahir.
·
Ligamen-ligamen Panggul
ü Ligamen yang menghubungkan os.
sakrum dengan os. ilium pada artikulasio sakroiliaka meruapakn yang terkuat di
seluruh tubuh.
ü Ligamen sakrotuberosum mengikat
sacrum dengan tuber iskhii, sedang ligament sakrospinosum menghubungkan sacrum
dengan spina iskhiadika. Kedua ligamen ini membentuk dinding posterior dari
pintu bawah panggul.
·
Pelvis Mayor dan Minor
Pelvis Mayor adalah bagian pelvis di
atas linea terminalis, yang tidak banyak kepentingannya dalam obstetrik.
Pelvis Minor berbentuk saluran yang
mempunyai sumbu lengkung ke depan (sumbu Arcus). Pelvis minor dibatasi oleh
pintu atas panggul (inlet) dan pintu bawah panggul (outlet).
ü Pintu Atas Panggul (PAP / Inlet)
Suatu bidang yang dibatasi disebelah
posterior oleh promotorium, dilateral oleh linea terminalis dan di anterior
oleh pinggir atas simfisis.
ü Ruang Panggul
Saluran diantara pintu atas panggu
dengan pintu bawah panggul.
ü Pintu Bawah Panggul.
Batas atas pintu bawah panggul
adalah setinggi spina iskhiadika. Jarak antara kedua spina ini disebt diameter
bispinosum adalah sekitar 9,5 – 10 cm.
ü Jenis Panggul
1.
Panggul Ginekoid
Ditemukan pada 45 % wanita. Panjang
diameter anteroposterior hamper sama dengan diameter transversa.
2.
Panggul Andriod
Bentuk pintu atas panggul hampir
segitiga. Pria umunya mempunyai panggu jenis ini. Ditemukan pada 15 % wanita.
3.
Panggul Antropoid
Ditemukan pada 35% wanita. Bentuk
pintu atas panggul agak lonjong seperti telur. Diameter anteroposterior lebih
besar dari pada diameter transversa.
4.
Panggul Platipelloid
Ditemukan pada 5% wanita. Diameter
transversa lebih besar dari pada diameter anteroposterior ( Saifuddin, 2007).
ü Ukuran Panggul Luar
1.
Distansia Spinarum ( ± 24 – 26 cm)
Jarak antara spina iliaka anterior
superior sinistra dan dekstra.
2.
Distansia Kristarum (± 28 – 30 cm)
Jarak yang terpanjang antara duan
tempat yang simetris pada krista iliaka sinistra dan dekstra.
3.
Konjugata Eksterna (Boudeloque) (± 18 – 20 cm)
Jarak antara bagian atas symfisis ke
prosesus spinosus lumbal 5.
4.
Distansia Tuberum (± 10,5 cm)
Jarak antara tuber iskii kanan dan
kiri.
5.
Distansia Intertrokanterika
Jarak antara kedua trokanter mayor.
6.
Distansia Oblikua Eksterna (ukuran miring luar)
Jarak anatar spina iliaka posterior
sinistra dan spina iliaka anterior superior sinistra (Trijatmo,
Rachimhadi.2008).
ü Ukuran Panggul Dalam
1.
Konjungata Vera (10,5 – 11 cm)
Panjang jarak dari pinggir atas
symfisis ke promotorium.
2.
Konjugata Transvera ( 12,5 – 13 cm)
Jarak terjauh garis melintang pada
pintu atas panggul.
3.
Konjugata Obliqua (12 – 13 cm)
Garis dari artikulasio sakroiliaka
ke titik persekutuan antara konjugata transvera dan konjugata vera dan
diteruskan ke linea innominata.
4.
Konjugata Obstetrika
Jarak dari tengah symfisis bagian
dalam ke promotorium (Trijatmo, Rachimhadi.2008).
5.
Bidang Hodge
a.
Bidang Hodge I
Bidang datar yang melalui bagian
atas symfisis dan promotorium. Bidang ini dibentuk pada ingkaran pintu atas
panggul.
b.
Bidang Hodge II
Bidang yang sejajar dengan Bidang
Hodge I terletak setinggi bagian bawah symfisis.
c.
Bidang Hodge III
Bidang yang sejajar dengan Bidang
Hodge I dan II terletak setinggi spina iskhiadika kanan dan kiri.
d.
Bidang Hodge IV
Bidan yang sejajr dengan Bidang
Hodge I, II, dan III, terletak setinggi os. koksigis(Trijatmo,
Rachimhadi.2008).
b.
Jalan lahir Bagian Lunak
Pada persalinan segmen bawah uterus,
serviks, dan vagina ikut membentuk jalan lahir bagian lunak. Jalan lahir bagian
lunak lainnya yang berperan dalam proses persalinan adalah otot – otot,
jaringan ikat, ligamen – ligamen yang berfungsi menyokong alat – alat
urogenitalis (Saifuddin.2007).
c.
Psikis
Setelah kontraksi disertai nyeri
hebat yang dialami selama tahap transisi wanita bisanya merasa lega. Dipihak
lain, wanita merasakan nyeri akut setiap kali mendoro dan melawan kontraksi dan
setiap usaha untuk mendorong. Biasanya prang seperti ini mersa cukup takut
sering kali perlawanannya berkurang pada saat ia diterangkan dan dibantu
mendorong secara efektif dan sejumlah anastesi alamiah dihasilkan karena
tekanan kepala bayi pada otot pelvis dan jaringan lain (Varney, 2007).
d.
Penolong
Penolong persalinan harus dapat
menciptakan hubungan saling mengenal sehingga mencerminkan adanyainform
concent. Dalam hal ini penolong diharapkan mampu membantu ibu
dalampersalinan dan kelahiran bayinya dengan metode yang telah ditetapkan
sehingga ibu mendapatkan asuhan sayang ibu.
2.1.9
Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan adalah gerakan
posisi yang dilakukan janin untuk menyesuaikan diri terhadap pelvis ibu.
Terdapat delapan gerakan posisi dasar yang terjdai ketika janin berada dalam
presentasi vertex sefalik. Gerakan tersebut, sebagai berikut:
1.
Engagement
Terjadi ketika diameter biparietal
kepala janin telah melalui pintu atas panggul.
2.
Penurunan Kepala
Penurunan kepala lengkap terjadi
selama persalinan oleh karena itu keduanya diperlukan untuk terjadi bersamaan
dengan mekanisme lainya.
3.
Fleksi Rotasi Internal
Hal yang sangat penting untuk
penurunan lebih lanjut. Melalui penurunan ini diameter Sub oksipitobregmantika
yang lebih kecil digantikan dengan diameter kepala janin tidak dalam keadaan
fleksi sempurna, atau tidak berada dalam sikap militer atau tidak dalam keadaan
beberapa derajat ekstensi.
4.
Rotasi Internal
Menyebabkan diameter anteroposterior
kepala janin menjdai sejajar dengan diameter anteroposterior pelvis ibu. Paling
biasa terjadi adalah oksipot berotasi ke bagian anterior pelvis ibu, dibawah
simfisis pubis.
5.
Pelahiran Kepala
6.
Pelahiran kepala berlangsung melalui ekstensi kepala untuk
mengeluarkan oksiputanterior. Dengan demikian kepala dilahirkan dengan ekstensi
seperti, oksiput, sutura sagitalis, fontanel anterior, alis, orbit, hidung,
mulut, dan dagu secara berurutan muncul dari perineum.
7.
Restitusi
Rotasi kepala 450 baik
kearah kanan maupun kiri, berantung pada arah dari tempat kepala berotasi ke
posisi oksiput-anterior.
8.
Rotasi Eksternal
Terjadi pada saat bahu berotasi 450,
menyebabkan diameter bisakromial sejajar dengan diameter anteroposterior pada
pnitu bawah panggul. Hal ini menyebabkan kepala melakukan rotasi eksteral lain
sebesar 450 ke posisi LOT atau ROT, bergantung arah restuisi.
9.
Pelahiran Bahu dan Tubuh dengan Fleksi Laterral melalui
Sumbu Arcus
Sumbu carcus adalah ujung keluar
paling bawah pada pelvis. Bahu anterior kemudian terlihat pada orifisum
vulvovaginal, yang menyentuh di bawah simfisis pubis, bahu posterior kemudian
menggembugkan perineum dan lahir dengan posisi ateral. Setelah bahu lahir,
bagian badan yang tersisa mengikuti sumbu Carus dan segera lahir (Varney,
2007).
2.1.10
Kala Dalam Persalinan
1.
Kala I
Kala I persalinan didefinisikan
sebgai permulaan kontkasi sejati, yang ditandai oleh perubahan serviks yang
progesif dan diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm ). Hal ini dekenal sebgai
tahap pembukaan serviks (Varney.2007).Fase – fase dalam Kala I persalinan:
a.
Fase Laten
Dimulai sejak awal berkontraksi yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap. Berlangsung hingga
serviks membuka kurang dari 4 cm.
Pada umunya fase laten berlangsung
hampir / hingga 8 jam. Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantar 20
– 30 detik.
b.
Fase Aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus
akan meningkat secara bertahap (kontaksi dianggap adekuat / memadai jika
terjadi tiga kali atau lebih dalam aktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik
atau lebih). Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap 10 cm, akan
terjadi dengan kecepatan rata – rata 1 cm / jam (nulipara/primigravda) atau
lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara). Terjadi penurunan bagian terbawah
janin (JNPK – KR, 2008).
2.
Kala II
Kala II persalinan dimuali ketika
pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi.
Kala II disebut sebagaa kala pengeluaran bayi.
Tanda dan gejala kala II persalinan:
a.
Ibu mersakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi
b.
Ibu mersakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan /
atau vaginanya
c.
Perineum menonjol
d.
Vulva vagina dan sfingter ani membuka
e.
Meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah.
Tanda
pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif) yang
hasilnya adalah : pembukaan serviks telah lengkap, terlihatnya bagaian bawah
kepala bayi melalui introitus vagina.
3.
Kala III
Kala III persalinan dimulai saat
proses pelahiran bayi selesai dan berakhir dengan lahirnya plasenta. Proses ini
dikenal sebagai kala persalinan plasenta. Kala III persalinan berlangsung
antara rata – rata 5 dan 10 menit. Akan tetapi, kisaran normal kala III sampai
30 menit. Risisko perdarahan meningkat apabila kala III lebih lama dari 30
menit, terutama 30 – 40 menit.
Fisiologis Persalinan Kala III,
yaitu pada kala III persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti
penyusustan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini
menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat
perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka
plasenta akan terlipat, menebal, dan kemudan lepas dari dinding uterus. Setelah
lepas, palsenta akan turun kebagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
Tanda – tanda Lepasnya Plasenta:
a.
Perubahan bentuk dan tinggi fundus
b.
Tali pusat memanjang
c.
Semburan darah mendadak dan singkat
Manajemen
Aktif Kala III: Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan
kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu,
mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala III persalinan jika
dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis. Terdiri dari 3 langkah utama :
pemberian oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, 10 unit IM
pada 1/3 bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis),
melakukan peregangan tali pusat, dan massase fundus uteri.
4.
Kala IV
Segera setelah kelahiran plasenta,
sejumlah perubahan maternal terjadi saat strees fisik dan emosional akibat
ersalinan dan kelahiran mereda dan ibu memasuki penyembuhan pescaparum dan
bonding (ikatan). Pada saat yang sama, bidan memiliki serangkaian evaluasi dan
tugas untuk diselesaikan terkain periode intrapartum. Meskipun intrapartum
sudah selesai, istilah kala empat persalinan mengidentifiksai jam pertama
pascapartum ini perlu diamati dan dikaji dengan ketat. Bidan memiliki tanggung
jawab selama kondisi ini untuk hal-hal berikut :
a.
Evaluasi kontraktilitas uterus dan perdarahan
b.
Inspeksi dan evaluasi serviks, vagina, dan perineum
c.
Inspeksi dan evaluasi plasenta, membrane, dan tali pusat
d.
Pengkajian dan penjaitan setiap laserasi atau episiotomy
e.
Evaluasi tanda-tanda vitall dan perubahan fisiologis yang
mengidentifikasi pemulihan (Varney Edisi 4 Vol.2.2007).
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN
KEBIDANAN INTRANATAL CARE PADA NY. N
UMUR
21 TAHUN G1P0A0
DI
BPS PERMATA MEDIKA
3.1
PENGUMPULAN DATA.
A. Identitas.
Nama Ibu :
Ny. N Nama
Suami : Tn. J
Umur : 21 thn Umur
: 27 thn
Suku : Sunda Suku
: Sunda
Agama : Islam Agama
: Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan :
Karyawan Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat Rumah : Perum
Alamat Rumah : Perum
B. Anamnesa
(Data Subjektif).
Pada Tanggal :
28-01-15 Pukul
: 03.00 WIB
1.
Keluhan Utama : ibu mengatakan
mules-mules sejak magrib, sudah keluar lender darah.
2.
Tanda-tanda Persalinan
Kontraksi
ada sejak tanggal : 27-01-15
Kekuatan
: kuat
Lokasi
ketidaknyamanan : pinggang
Pengeluaran
pervaginam : lendir bercampur darah
3.
Riwayat Menstruasi
Haid
pertama : 12
tahun
Siklus
: 28
hari
Lamanya
: 6-7 hari
Banyaknya
: 4x ganti
pembalut per hari
Keluhan : tidak ada
HPHT
: 28-04-14
4. Riwayat
Kesehatan Reproduksi
Infeksi
genetalia : Tidak ada
Infeksi
panggul : Tidak ada
Keputihan
: Tidak ada
Gatal
:
Tidak ada
Tumor
: Tidak
ada
Cancer
: Tidak
ada
HIV/AIDS : Tidak ada
5. Riwayat
kehamilan, persalinan, nifas, dan KB yang lalu:
Anak
ke
|
Kehamilan
|
Persalinan
|
Nifas
|
KB
|
|
Lama
|
Penyulit
|
Penolong
|
tempat
|
BB
bayi
|
Penyulit
|
Vit.
A
|
Tab.
Fe
|
Alkon
|
Lama
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6. Riwayat
Kehamilan Sekarang:
Kunjungan
Ke
|
Usia
kehamilan
|
Keluhan
|
TT
|
Tindakan
|
KIE
|
Tempat
ANC
|
KET
|
1
|
9
minggu
|
Mual,
pusing
|
|
SF
B6
|
Diet
seimbang
|
BPS
|
|
2
|
10
minggu
|
Sakit,
syok
|
|
SF
B6
|
Diet
seimbang
|
BPS
|
|
3
|
15
minggu
|
Jatuh
|
|
|
Buku
di baca baca
|
BPS
|
|
4
|
19
minggu
|
Sembelit
|
|
|
Makan
bergizi
|
BPS
|
|
5
|
23minggu
|
-
|
|
|
Makan
bergizi
|
BPS
|
|
6
|
27
minggu
|
-
|
|
|
Makan
bergizi
|
BPS
|
|
7
|
30
minggu
|
-
|
|
|
Control
2 minggu sekali
|
BPS
|
|
8
|
36
minggu
|
Mual,
dingin
|
|
|
|
BPS
|
|
9
|
37
minggu
|
Sakit
|
|
|
|
BPS
|
|
10
|
38
minggu
|
Keputihan
tidak gatal
|
|
|
|
BPS
|
|
7. Riwayat
penyakit yang pernah di derita:
a. Jantung
: Tidak ada
b. Ginjal
: Tidak ada
c. Asma/
TB Paru: Tidak ada
d. Hepatitis : Tidak ada
e. DM : Tidak ada
f. Hipertensi : Tidak ada
g. Hipotensi : Tidak ada
h. Anemia : Tidak ada
i.
Epilepsy : Tidak ada
j.
Lain-lain : Tidak ada
8. Riwayat
sosial
Perkawinan : Sah
Status
perkawinan: Sah
Usia Kawin : 20
tahun, umur suami 26 tahun lamanya 1 tahun
Kehamilan ini : Direncanakan dan diterima
Respon keluarga
terhadap persalinan : keluarga
mendukung
Respon pasien
terhadap persalinan : pasien cemas
menunggu kelahiran bayinya
Respon suami
terhadap persalinan : suami
mendukung
Adat istiadat
yang dipakai : sunda
9. Pola
makan
Makan terakhir
jam :
21.00 WIB
Makanan yang
dimakan : Nasi,
Lauk, Sayuran hijau
Jumlah makanan
yang dimakan : 1 porsi
10. Pola
minum
Kapan minum
terakhir :
21.15 WIB
Berapa banyak
yang diminum : 2 gelas
Apa yang minum : Air
Mineral
11. Pola
istirahat
Kapan terakhir
tidur :
13.00-14.00 WIB
Berapa lama : 1
jam
Aktifitas
sehari-hari :
menyapu, mengepel, memasak
12. Personal
hygiene
Kapan mandi
terakhir :
pukul 16.00 WIB
Kapan keramas
terakhir : pukul
16.10 WIB
Kapan gosok gigi
terakhir : pukul
16.15 WIB
Kapan terakhir
ganti baju dan pakaian dalam: pukul 16.20 WIB
13. Buang
air besar dan buang air kecil terakhir
Warna BAB :
kuning Sifat : padat
Warna BAK :
kuning Sifat : encer
14. Aktifitas
seksual
Keluhan : Tidak ada
Frekuensi : Seminggu sekali
Kapan terakhir
melakukan hubungan seksual : Ibu mengatakan terakhir melakukan hubungan seksual seminggu yang lalu.
A. Pemeriksaan
fisik (Data Objektif)
1. Keadaan
umum : Baik
Keadaan
emosional : Normal
Kesadaran :
Composmentis
2. Tanda
vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Denyut jantung : Normal
Pernafasan : 18 x/menit
Suhu tubuh : 36.7C
3. Kepala
a. Bentuk
: Bundar
b. Rambut
1) Warna
:
Hitam
2) Kebersihan : Tampak bersih
3) Mudah
rontok atau tidak : Tidak rontok
c. Telinga
1) Kebersihan
: Tampak
bersih
2) Gangguan
pendengaran : Tidak ada gangguan
pendengaran
d. Mata
1) Konjungtiva
: Tidak Pucat
2) Sclera : Tidak
kuning
3) Kebersihan : Tampak bersih
4) Kelainan : Tidak ada
kelainan
5) Gangguan
penglihatan (rabun jauh / rabun dekat) : Tidak ada
e. Hidung
1) Kebersihan : Tampak bersih
2) Polip : Tidak
ada polip
3) Alergi
debu : Tidak ada
alergi debu
f. Mulut
1) Bibir
a) Warna
: pink
kemerahan
b) Integritas
jaringan : Lembab, tidak ada
inflamasi.
2) Lidah
a) Warna
: pink
kemerahan
b) Kebersihan
: Tampak bersih
3) Gigi
a) Kebersihan
: Tampak bersih
b) Karies : Tidak ada
karies gigi.
4) Gangguan
pada mulut : Tidak ada gangguan
pada mulut
4. Leher
a. Pembesaran
kelenjar limfe : Tidak ada
pembesaran kelenjar
limfe
b. Pembesaran
kelenjar parotis : Tidak ada
pembesaran kelenjar
parotis
c. Pembengkakan
vena jugularis : Tidak ada
pembengkakan vena
jugularis
5. Dada
a. Simetris
/ tidak :
Simetris
b. Payudara
1) Bentuk :
Simetris kanan dan kiri
2) Besar
masing- masing payudara : Bentuknya sama
kanan dan kiri
3) Hiperpigmentasi
areola payudara: Aerola berwarna hitam
4) Teraba
massa, nyeri atau tidak : Tidak ada
massa, tidak ada nyeri tekan
5) Kolostrum : Ada
pengeluaran kolostrum
6) Keadaan
putting :
Menonjol
7) Kebersihan : Tampak
bersih
c. Denyut
jantung : Normal
d. Gangguan
pernafasan :
Tidak ada gangguan pernafasan
6. Perut
a. Bentuk : Bundar
b. Bekas
luka operasi : Tidak ada bekas luka
operasi
c. Striae : Ada striae
gravidarum
d. Linea : Ada Linea
gravidarum
e. TFU : 30 cm
f. Hasil
pemeriksaan palpasi Leopold
Leopold I :
Teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong)
Leopold II :
Teraba di bagian kanan panjang seperti papan (punggung) teraba di bagian kiri
seperti kecil-kecil (ekstremitas)
Leopold II :
Teraba bulat, keras, melenting (kepala)
Leopold IV :
Sudah masuk PAP
g.
Kontraksi uterus : Kuat
h.
TBJ : 3200 gram
i.
DJJ : 138x/menit
j.
Palpasi kandung kemih :
Teraba kosong
7. Ekstremitas
a. Atas
1) Gangguan/
kelainan : Tidak ada gangguan
2) Bentuk : Kanan kiri simetris
b. Bawah
1) Bentuk :
Kanan kiri simetris
2) Udem : Tidak ada Udem
8. Varises
: Tidak ada
varises
9. Genitalia
a. Kebersihan : Tampak bersih
b. Pengeluaran
pervagina: Lendir bercampur darah
c. Tanda-tanda
infeksi vagina : Tidak ada
10. Anus
a. Haemoroid
: Tidak ada
b. Kebersihan
: Tampak bersih
11. Pemeriksaan
dalam
Atas indikasi : Mules teratur, keluar
lendir darah
Dinding vagina : Lunak
Posisi porsio : Antefleksi
Pembukaan : 6 cm
Ketuban : Utuh
Persentase fetus : kepala
Penurunan bagian
terendah: kepala
Posisi Ubun-ubun
kecil : Didepan
Molase : Tidak ada molase
12. Data
penunjang
a. USG
: janin tunggal hidup
b. Laboratorium
1) Kadar
HB : Tidak dilakukan
2) Haematokrit
: Tidak dilakukan
3) Kadar
leukosit : Tidak dilakukan
4) Golongan
darah : O
KALA I
II. INTERPRETASI DATA
Diagnosa : Ny. N
Usia 21 tahun G1P0A0 kehamilan 38 minggu inpartu
kala I fase aktif, punggung kanan, presentasi
kepala, sudah masuk PAP (1/5
bagian).
Masalah: Tidak
ada
Kebutuhan :
Tidak ada
III. ANTISIPASI
DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Tidak ada
IV. IDENTIFIKASI
KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU KOLABORASI
Tidak ada
V. PERENCANAAN
Pada Tanggal 28
januari 2015 Pukul : 03.00 WIB
1. Anjurkan ibu untuk miring kiri
agar mengurangi rasa sakit
2.
Anjurkan ibu untuk makan makanan ringan seperti
biscuit, agar menambah energi untuk proses persalinan.
3. Beritahu
keluarga untuk mendukung
ibu agar proses persalinan lancar
4. Jelaskan kepada suami
untuk memberi
minum disela-sela kontraksi
5. Lakukan DJJ di sela sela
kontraksi agar kondisi janin terpantau.
6. Ajarkan ibu cara
meneran yang baik agar persalinannya lancar.
7.
Dokumentasi.
VI.
PELAKSANAAN
Pada tanggal 28
Januari 2015 Pukul: 03.15 WIB
1. Mengajarkan
ibu miring kiri untuk mengurangi rasa sakit dan mulas.
2. Menganjurkan
ibu untuk makan makanan ringan seperti biscuit agar ibu mempunyai tenaga saat
persalinan.
3. Memberitahu
keluarga untuk mensupport proses persalinan agar berjalan dengan lancar.
4. Menjelaskan
kepada suami untuk memberikan minum disela sela kontraksi
5. Melakukan
observasi DJJ, his, nadi, tekanan darah, dan kemajuan persalinan.
6. Mengajarkan
ibu cara meneran yang baik yaitu kedua kaki ditekuk, tangan melingkar disela-sela paha, dagu bertemu dada, giginya katup
gigi.
7. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan.
VII. EVALUASI Pada tanggal 28 Januari 2015 Pukul: 03.30 WIB
1. Ibu
sudah mengerti cara mengurangi rasa sakit yaitu dengan miring kiri.
2. Ibu
sudah makan makanan ringan seperto biscuit untuk memenuhi kebutuhan energinya.
3. Keluarga
sudah memberikan dukungan kepada ibu.
4. Suami
memberikan minum
disela-sela kontraksi ibu.
5. Pemeriksaan
DJJ di sela sela kontraksi yaitu 141x/menit.
KALA
II
1. PENGUMPULAN
DATA
Data subjektif :
ibu mengatakan sering mulas dan sudah ada rasa ingin meneran.
Data objektif :
keadaan umum baik, keadaan emosional normal, kesadaran composmentis. TTV 110/70
mmHg Nadi 80x/menit, Suhu 36,7, pernafasan 18x/menit. Kontraksi kuat (3x10’ lamanya 35”) PD: pembukaan 4 cm
II. INTERPRETASI
DATA
Diagnosa : Ny. N
Usia 21 tahun G1P0A0 usia kehamilan 38 minggu
inpartu fase aktif kala II, janin tunggal hidup
Masalah : ibu
mengatakan cemas saat proses persalinan
Kebutuhan :
berikan dukungan dari keluarga dan suami agar ibu tidak cemas.
III. ANTISIPASI
DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Tidak
ada
IV.
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDKAN SEGERA ATAU KOLABORASI
Tidak ada
V. PERENCANAAN Pada Tanggal 28 Januari 2015 Pukul : 03.45
WIB
1. Siapkan
partus set, bedong, handung, anderpet, pakaian bayi, duk steril, wadah
plasenta.
2. lakukan
penahan perineum menggunakan duk steril agar tidak terjai robekan.
3. Biarkan bayi
melakukan putaran paksi luar secara spontan agar tidak terjadi fraktur pada
leher.
4. lahirkan bahu
atas bayi dengan curam ke bawah dan lahirkan bahu bawah bayi dengan curam ke
atas agar keluarnya bahu tidak merobek uretra dan perineum.
5. lakukan
sangga susur bayi dari bahu hingga ujung kaki dengan jari telunjuk berada di
tengah-tengah kaki bayi agar bayi dapat ditopang dengan baik.
6. letakkan bayi
di atas perut ibu, nilai selintas, keringkan dengan handuk, potong tali pusat,
lakukan inisiasi menyusui dini dan kontak kulit dengan ibu agar adanya ikatan
kasih sayang antara ibu dan bayi.
VI. PELAKSANAAN Pada Tanggal 28 Januari 2015 Pukul : 11.00
WIB
1. Menyiapkan
partus set, bedong, handuk, anderpet, pakaian bayi, duk steril, wadah plasenta
agar peralatan tertata secara ergonomis.
2. Melakukan
penahan perineum menggunakan duk steril agar tidak terjadi robekan.
3. Membiarkan
bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan agar tidak terjadi fraktur
pada leher bayi.
4. Melahirkan
bahu atas curam ke bawah dan melahirkan bahu bawah curam ke atas yaitu
melahirkan bahu dengan cara melahirkan bahu atas sejajar dengan lantai curam
kebawah.
5. Melakukan
sangga susur bayi dari bahu hingga ujung kaki agar mencegah robekan perineum.
6. Meletakan
bayi diatas perut ibu, lakukan penilaian selintas, mengeringkan bayi dan
merangsang taktil, memotong tali pusat, melakukan inisiasi menyusui dini agar
bayi dan ibu melakukan kontak kulit dan di usahakan satu selimut.
VII.
EVALUASI Pada tanggal 28 Januari 2015
Pukul : 11.15 WIB
1. Peralatan
sudah tertata secara ergonomis.
2. Penahanan
perineum sudah di lakukan.
3. Bayi
sudah melakukan putaran paksi luar secara spontan.
4. Bahu
sudah terlahir.
5. Sangga
susur sudah dilakukan.
6. Bayi
sudah diletakkan diatas perut ibu, tali pusat sudah dipotong, inisiasi menyusui
dini sudah dilakukan.
KALA
III
I.
PENGUMPULAN DATA
Data
Subjektif : uterus ibu globuler, tali
pusat semakin memanjang, adanya semburan darah secara tiba-tiba.
Data Objektif :
ibu mengatakan mules semakin berkurang, keadaan umum ibu baik, kesadaran komposmentis,
keadaan emosional baik.
II. INTERPRETASI
DATA
Identifikasi
diagnose, masalah dan kebutuhan.
Diagnose : Ny. N
usia 21 tahun P1 A0 post partum kala III.
Masalah : tidak
ada
Kebutuhan :
tidak ada
III. ANTISIPASI
DIAGNOSE DAN MASALAH POTENSIAL
Tidak ada.
IV. IDENTIFIKASI
KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU KOLABORASI
Tidak ada.
V. PERENCANAAN
Pada Tanggal 28 Januari 2015 Pukul :
11.20 WIB
1. Beritahu
ibu bahwa akan dilakukan penyuntikan oksitosin, untuk merangsang kontraksi agar
pengeluaran plasenta berjalan dengan baik.
2. Beritahu
ibu bahwa plasenta akan segera keluar agar ibu dapat membantu pengeluaran
plasenta.
3. Memassase perut ibu
segera setelah plasenta keluar, agar bisa mengetahui kontraksi ibu baik
atau tidak.
4. Memeriksa
plasenta, pastikan tidak ada plasenta yang tertinggal agar tidak terjadi
perdarahan.
VI. PELAKSANAAN
Pada tanggal 28 Januari 2015 Pukul :
11.30 WIB
1. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan
penyuntikan oksitosin, yaitu
secara IM di paha luar.
2. Memberitahu
ibu bahwa plasenta akan segera keluar.
3. Menganjurkan
memassase perut ibu segera setelah plasenta keluar, secara sirkuler, selama 15
detik untuk mengetahui kontraksi ibu baik atau tidak.
4. Memeriksa
plasenta, yaitu kotiledon, selaput amnion dan korion, panjang tali pusat,
diameter, dan kedalaman plasenta.
VII. EVALUASI Pada Tanggal 28 Januari 2015 Pukul : 11.40 WIB
1. Ibu
mengerti dan bersedia dilakukan penyuntikan oksitosin.
2. Ibu
sudah mengerti dan siap untuk melahirkan plasenta.
3. Massase
telah dilakukan selama 15 detik dan konsistensi perut keras.
4. Plasenta
telah di periksa, hasilnya lengkap dan tidak ada plasenta yang terrtinggal.
KALA IV
I.
PENGUMPULAN DATA
Data
Subjektif : ibu mengatakan senang atas
kelahiran anak pertamanya, Keadaan umum
ibu baik, kesadaran komposmentis,
keadaan emosional baik, Ttv 110/70 mmhg,
nadi 80 x/menit, R 18 x/menit, suhu 36,5°C, TFU 1 jari dibawah pusat.
Data
Objektif : Ny N
Usia 21 tahun, P1 A0 post partum kala IV.
II.
INTERPRETASI DATA
Diagnose : Ny N Usia 21 tahun P1 A0 post partum kala
IV.
Masalah : Tidak ada.
Kebutuhan :
Tidak ada.
III. ANTISIPASI
DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Tidak Ada.
IV. IDENTIFIKASI
KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU KOLABORASI
Tidak
Ada.
V.
PERENCANAAN Pada Tanggal 28 Januari 2015 Pukul : 11.50 WIB
1. Informasikan hasil pemeriksaan,
agar ibu dan keluarga mengetahui kondisinya
saat ini.
2. Periksa luka laserasi agar dapat mengetahui kedalaman dan
luas luka laserasi.
3. Lakukan hecting agar perdarahan berhenti.
4. Bersihkan ibu agar ibu merasa nyaman.
5. Bereskan alat-alat
6. Dokumentasi.
VI. PELAKSANAAN
Pada Tanggal 28 Januari 2015 Pukul :
12.00 WIB
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan yaitu TTV
110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, R 18 x/menit, suhu 36,5°C, TFU 1 jari dibawah pusat.
2. Memeriksa luka laserasi yaitu derajat 2.
3. Melakukan penjahitan dari mukosa vagina sampai otot
perinium.
4. Membersihkan
ibu dan membantu ibu memakai pembalut dan memakaikan kain.
5. Membereskan alat dan rendam dalam larutan klorin 0,5% dan
lepas sarung tangan di larutan klorin selama 10 menit.
6. Melakukan dokumentasi.
VII. EVALUASI
Pada Tanggal 28 Januari 2015 Pukul 12.15 WIB
1. Ibu
dan keluarga sudah mengetahui keadaannya
saat ini.
2. Telah memeriksa luka laserasi.
3. Hecting sudah dilakukan dan perdarahan sudah berhenti.
4. Ibu telah dibantu memakai pembalut dan kain bersih.
5. Alat telah di dekontaminasi.
6. Dokumentasi partograf.
BAB IV
PEMBAHASAN
Persalinan normal adalah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin dan plasenta) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir secara
spontan dengan presentasi belakang kepala dan tanpa komplikasi.
Persalinan normal adalah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin dan plasenta) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir secara
spontan dengan presentasi belakang kepala dan tanpa komplikasi.
Pembahasan merupakan studi kasus yang membahas tentang
kesenjangan yang ditemukan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus dalam
asuhan kebidanan yang diangkat oleh penulis tidak ditemui kesenjangan antara
teori dengan kasus. Semua pelaksanan pengkajian data hingga evaluasi
disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
Setelah melakukan Asuhan Kebidanan pada
Ny. N G1P0A0
Uk 38 minggu T/H/I, Letkep, Puka Dengan Inpartu Kala I Fase Akif
di Kamar Bersalin Puskesmas Turen, maka penulis dapat membandingkan dan
memperaktekkan ilmu yang telah didapatkan tidak di temukan suatu kesenjangan.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dengan adanya laporan asuhan
kebidanan pada Ny. N usia 21 tahun G1P0A0 Uk 38 Minggu, Janin T/H/I, Letkep,
Puka Dengan Inpartu Kala I Fase Aktif, yang telah penulis selesaikan, menyimpulkan bahwa asuhan
kebidanan pada ibu inpartu kala 1 fase aktif telah dilakukan dan pemeriksaan
sesuai dengan sandart yang telah diterapkan sehingga diharapkan akan dapat
mengurangi kematian maternal maupun neonatal. Dapat ditarik beberapa kesimpulan:
1.
Dalam melakukan pengkajian diperlukan adanya ketelitian,
kepekaan dan peranan dari ibu hamil sehingga diperoleh data yang menunjang
untuk mengangkat diagnosa kebidanan.
2.
Dalam analisa data dan mengangkat diagnosa kebidanan pada
dasarnya mengacu pada tinjauan pustaka dan adanya perubahan serta keseimbangan
dengan tinjauan pustaka.
3.
Pada dasarnya perencanaan yang ada pada tinjauan pustaka
tidak semuanya dapat direncanakan pada tinjauan kasus nyata, karena dalam
perencanaan disesuaikan dengan masalah yang ada pada saat itu, sehingga masalah
yang ada pada tinjauan pustaka tidak akan direncanakan jika tidak ada tinjauan
kasus nyata.
4.
Pada dasarnya pelaksanaan merupakan perwujudan dari
perencanaan akan di
laksanakan.
5.
Setelah penulisan mengadakan evaluasi pada Ny. N G1P0A0
Uk 38 Minggu, Janin T/H/I, Letkep, Puka Dengan Inpartu Kala I Fase Aktif maka sebagian
dari semua masalah dapat diatasi. Pada akhirnya, keberhasilan dalam mengatasi
masalah klien didukung oleh beberapa faktor diantaranya sarana yang memadai dan adanya tindakan yang komperhensif.
5.2
Saran
Setelah penyusunan laporan ini penulis menyarankan agar
setiap paramedic tahu dan mengerti tentang asuhan yang diberikan pada ibu
inpartu kala 1 fase aktif sehingga dapat memberikan asuhan sesuai dengan
kebutuhan ibu inpartu tersebut supaya angka kematian dan kesakitan ibu inpartu
dapat diturunkan dan diharapkan paramedik dapat lebih meningkatkan asuhan yang
telah diberikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Saifuddin,
Abdul Basri. 2004. Buku Pedoman Praktis
Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Sulistyawati,
Ari. S.Si.T. 2009. Asuhan Kebidanan Pada
Masa Kehamilan. Jakarta: EGC.
Sulistyawati,
Ari. S.Si.T. 2009. Asuhan Kebidanan Pada
Ibu Bersalin. Jakarta: EGC.