Ini merupakan hasil
wawancara saya dan teman-teman kampus saya dengan pak Adul mengenai siapa
dirinya. Disimak yah J
Pak Adul tinggal bersama
satu orang istri dan satu orang anaknya, pak Adul terpaksa meminta-minta di
pinggir jalan karena pak Adul mengaku tidak mempunyai pekerjaan lain selain
ini, dia harus merelakan waktunya dari pukul 19.00 sampai pukul 23.00 WIB untuk
meminta-minta belas kasihan oranglain karena harus membiayai istri dan anaknya
yang sekarang duduk di kelas 1 SMA. Sementara tidak ada yang dapat dilakukan
oleh pak Adul karena kakinya yang tidak memungkinkan, hal ini terjadi karena
pada saat dahulu pak Adul mempunyai penyakit kanker yang mengharuskan kakinya
diamputasi. Sebelum kakinya diamputasi pak Adul bekerja sebagai penarik becak.
Bapak ini mengaku mengalami kesusahan hidup karena istrinya di rumah hanya
bekerja sebagai pengasuh anak tetangganya dan hanya diberi upah 15.000 sampai
20.000 saja perhari, sebenarnya istrinya ingin sekali memiliki pekerjaan yang
lebih layak, tapi ia sadar bahwa mencari pekerjaan di zaman sekarang sangatlah
sulit, ditambah usianya yang tidak sekuat dulu.
Sebenarnya pak Adul tak
ingin meminta-minta, tetapi ia merasa kasian pada istrinya, pak Adul merasa
malu apabila hanya istrinya saja yang bekerja, sementara ia tau bahwa
penghasilan istrinya tak seberapa ditambah lagi biaya sekolah anaknya.
Awalnya mulanya pak Adul
meminta-minta karena pak Adul ditawari oleh temannya dengan syarat harus
memberi uang rokok pada temannya itu setiap kali pak Adul bekerja, tak
disebutkan siapa nama teman pak Adul itu, karena pak Adul merasa bahwa ini
adalah privacy. Dan entah berapa pula uang rokok yang dimaksudkan itu, dan
menurut pak Adul awalnya ia hanya coba-coba tetapi setelah merasa bahwa
penghasilannya dapat membantu keuangan keluarga karena dapat membantu ongkos
dan uang jajan anaknya, karena penghasilannya kurang leih 60.000, sebenarnya
pak Adul merasa kurang dengan semua ini tapi ia berfikir setidaknya ia dapat
membantu ongkos anaknya pulang pergi dari sekolah ke rumah dan dari rumah ke
sekolah dan pak Adul berharap dapat meluluskan anaknya dari bangku SMA. Hal
itulah yang membuat pak Adul tetap semangat menjalani kehidupannya an menekuni
pekerjaannya.
Hal ini menggugah hati
kami untuk terus belajar dan mewujudkan cita-cita, karena ternyata orang tua
kita rela melakukan apa saja sekalipun hal yang memalukan untuk menyekolahkan
dan membuat anak-anaknya sukses, sebagaimana yang kita ketahui bahwa pemikiran
orang tua adalah bagaimanapun caranya anak-anaknya dapat melebihi orang tuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar